Klasifikasi Virus Berdasarkan Morfologi
Definisi Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi
di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk
hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus
sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak
dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik
khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influensa dan HHV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Virus HIV Virus Influenza
Adapun sifat – sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah :
1. Bahan genetic virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut.
2. Struktur virus secara relative sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang mengelilingi atau melindungi asam nukleat.
3. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu dalam nucleus, sitoplasma atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup.
4. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat infektif.
5. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan system enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus.
6. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya.
7. Komponen – komponen virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama setelah dibebaskan.
8. Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung lipid, protein, dan bahan – bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes.
9. Partikel virus lengkap disebut Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenic yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid.
Sistem Taksonomi Virus Universal
Order (-virales)
Family (-viridae)
Subfamily (-virinae)
Genus (-virus)
Specids (-virus)
Di dalam setiap famili, subdivisi disebut genera yang biasanya berdasarkan pada perbedaan serologi dan fisikokimia. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan genera bervariasi dari famili ke famili. Nama genus mempunyai akhiran –virus.
Pada 4 famili (Poxviridae, Herpesviridae, Parvoviridae,
Paramyxoviridae), kelompok besar yang disebut sub famili didefinisikan
dengan mempertimbangkan kompleksitas hubungan di antara anggota virus.
Jenis – jenis virus digunakan untuk mengelompokkan famili virus yang
memiliki karakter yang umum. Hanya 1 jenis saat ini yang telah
didefinisikan, yaitu Famili Mononegavirales, meliputi famili
Filoviridae, Paramyxoviridae, dan Rhabdoviridae,
Sejak
tahun 1995, The International Committee on Taxonomy of Viruses telah
mengumpulkan lebih dari 4000 virus binatang dan tumbuhan menjadi 71
famili, 11 subfamili, dan 164 genera, tetapi masih ada ratusan virus
yang masih belum ditemukan, 24 famili virus diantaranya dapat
menginfeksi manusia dan binatang.
Dasar Klasifikasi
1. Morfologi virion, meliputi ukuran, struktur, dan anatomi,
2.
Bagian – bagian fisikokimia virion, meliputi banyaknya molekul, berat
jenis, stabilitas pH,stabilisasi suhu dan tingkat pengaruhnya terhadap
agen fisik dan kimiawi, khusunya eter dan detergen.
3. Bagian – bagian gen virus
4. Bagian – bagian protein virus
5. Replikasi virus
6. Bagian – bagian antigen
7. Bagian – bagian biologi
Morfologi (Ukuran, struktur, dan anatomi virus)
Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri.
Perbedaan virus dengan sel hidup
Sel hidup: 1. memiliki 2 tipe asam nukleat sekaligus,
2. dapat mereproduksi semua bagian selnya,
3. memiliki system metabolisme
Virus : 1. hanya memiliki 1 tipe asam nukleat,
2. tidak dapat mereproduksi semua bagian selnya, virus hanya mereproduksi materi genetik dan selubung proteinnya,
3. tidak memiliki system metabolisme , oleh karena itu virus tidak dapat tumbuh dan bereproduksi tanpa adanya sel inang.
Partikel virus mengandung DNA atau RNA
yang dapat berbentuk untai tunggal atau ganda. Bahan genetik kebanyakan
virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan
adalah RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik tersebut diselubungi
lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.
DNA virus
Replikasi genom DNA virus berlangsung di dalam inti sel tersebut. Jika sel mempunyai bagian yang peka rangsangan yang sesuai pada permukaannya, virus ini masuk sel melalui peleburan dengan selaput sel atau yang lebih dikenal endositosis. Kebanyakan DNA virus seluruhnya bergantung pada DNA dan RNA sel tuan rumah yang sintese permesinan, dan RNA yang memproses permesinan dalam sel tersdbut.
RNA virus
RNA virus unik sebab RNA-lah pembawa informasi keturunan mereka. Replikasi RNA umumnya berlangsung di dalam sitoplasma itu.
Struktur
Virus memiliki keanekaragaman ukuran dan bentuk. Virus berukuran sekitar 100 kali lebih kecil dibanding bakteri. Beberapa
virus telah dipelajari mempunyai suatu garis tengah antara 10 dan 300
nanometres. Beberapa filoviruses mempunyai total panjang mencapai 1400
nm, walaupun garis tengah mereka hanya sekitar 80 nm. Beberapa virus
tidak dapat dilihat dengan suatu mikroskop cahaya dan hanya bisa dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron.
Kapsid
dibentuk dari subunit protein yang disebut capsomers. Virus dapat
mempunyai suatu lipid ” amplop” yang diperoleh dari selaput sel tuan
rumah. Kapsid dibuat dari protein yang disandikan oleh
genome. Bagaimanapun, kode virus kompleks untuk protein virus yang
dibawa oleh genom membantu dalam konstruksi kapsid mereka. Protein dalam
nukleus dikenal sebagai nukleoprotein, dan yang digunakan dalam
pembentukan kapsid disebut nukleocapsid.
Secara umum, ada empat bentuk partikel virus utama:
Helical
Contoh
struktur heliks pada virus mosaik tembakau: RNA virus bergulung
berbentuk garis sekerup / spiral selenoid yang disebabkan pengulangan
sub-unit protein. Kapsid terdiri atas satu jenis capsomer berbadan tegap
di sekitar suatu poros pusat untuk membentuk suatu struktur seperti
bentuk sekerup yang mungkin punya suatu rongga pusat.
Icosahedral
Kebanyakan
virus binatang adalah icosahedral atau near-spherical dengan
icosahedral simetri. Suatu bidang dua puluh reguler adalah jumlah
maksimum suatu kelopak tertutup dari sub-unit tersebut. Jumlah minimum
capsomers yang diperlukan adalah duabelas, masing-masing terdiri atas
lima sub-unit serupa. Banyak virus, seperti rotavirus, mempunyai lebih
dari duabelas capsomers dan nampak berbentuk bola tetapi mereka
mempertahankan simetri ini. Capsomers di apices dikelilingi oleh lima
capsomers lain dan disebut pentons. Capsomers pada atas muka yang
bersegi tiga adalah mengepung dengan enam capsomers yang lain dan yang
disebut hexons.Contohnya adalah adenovirus.
Enveloped
Beberapa
jenis amplop virus, terdapat di dalam suatu selaput sel, yaitu selaput
eksternal yang melingkupi suatu sel tuan rumah yang terkena
infeksi/tersebar, atau selaput internal seperti selaput nuklir atau
reticulum endoplasmic, begitu mendapatkan lipid, maka virus akan
membentuk bilayer yang dikenal dengan sebutan amplop. Selaput ini adalah
protein yang membawa kode genetic dari genom tuan rumah ke genom virus.
Complex
Struktur
khas dari suatu bacteriophage Virus ini memiliki suatu kapsid yang
tidak berbentuk seperti bentuk sekerup, walaupun semata-mata serupa
dengan icosahedral, dan memiliki struktur ekstra seperti jas berekor
protein atau suatu dinding sebelah luar yang kompleks. Beberapa
bacteriophages mempunyai suatu struktur kompleks terdiri dari suatu
icosahedral di depan dan diikuti suatu ekor seperti bentuk sekerup yang
memiliki suatu pelat dasar bersudut enam dengan serat ekor protein yang
menonjol.
Klasifikasi Virus Berdasarkan Fisikokimia
Asam Nukleat
|
Simetri kapsid dan amplop
|
Sensitivitas terhadap eter
|
Famili Virus
|
Diameter partikel (nm)
|
Contoh Virus
|
DNA
|
Icosahedral,tidak
Beramplop
|
Resisten
|
Parvovirus
|
18 – 26
|
Adeno-associated virus
|
Papovavirus
|
45 – 55
|
Papilloma virus
|
|||
Adenovirus
|
70 – 90
|
Adenovirus
|
|||
DNA | Icosahedral, beramplop | Sensitif | Herpesvirus | 100 – 150 |
Virus Herpes simplek, Varicella-zoster,
cytomegalovirus,
|
DNA | Kompleks | Bervariasi | Poxvirus | 230 – 300 | Smallpox (variola), vaccinia virus, molluseum contagiosum virus |
RNA | Icosahedral, tidak beramplop | Resisten | Picornavirus | 20 – 30 | Enterovirus, rhinovirus |
Reovirus | 60 – 80 | Reovirus, Orbivirus | |||
RNA | Icosahedral, beramplop |
Sensitif
|
Togavirus | 40 – 70 | Virus Rubella |
RNA | Heliks, tidak beramplop | Sensitif |
Bunyavirus
|
90 – 100
|
California Arbovirus, Bunyamwera Arbovirus
|
Coronavirus
|
100
|
Coronavirus
|
|||
Orthomyxvirus
|
80 – 120
|
Virus Influenza A dan B
|
|||
Paramyxovirus
|
100 – 200
|
Parainfluenza
|
|||
Retrovirus
|
100 – 200
|
Animal tumor virus
|
|||
Rhadbovirus
|
70 – 170
|
Virus Rabies
|
|||
RNA | Heliks, beramplop | Sensitif | Arenavirus | 50 – 300 | Lyphocytic choriomeningitis virus |
2.2 Klasifikasi Virus berdasarkan jenis asam nukleat (DNA atau RNA)
1. Virus RNA
a. Famili : Picornaviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai
tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui
pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA
genom.
· Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm.
· Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma.
· Spektrum hospes sempit.
Contoh : virus polio
b. Famili : Calicivirdae
Sifat penting :
· RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal.
· Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas tiga jenis protein utama. Diameter virion 35-45 nm.
· Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.
· Spektrum hospes sempit.
Contoh : virus Sapporo
c. Famili : Togaviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai
tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui
pembentukan RNA komplementer, yang bertindak sebagai cetakan RNA genom.
· Virion : berselubung,
nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3-4 jenis protein utama.
Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion
60-70 nm.
· Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran sel.
· Spektrum hospes luas.
Contoh : virus Chikungunya, virus rubella
d. Famili : Flaviviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai
tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui RNA
komplementer yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi sintesis RNA
genom.
· Virion : berselubung,
simetri nukleokapsid belum jelas, tersusun atas empat jenis protein
utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter
virion 40-50 nm.
· Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran sel.
· Spektrum hospes luas.
Contoh : virus demam kuning
e. Famili : Bunyaviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai
tunggal, polaritas negatif, terdiri dari tiga segmen. Pada proses
replikasinya, RNA virion disalin menjadi mRNA dengan bantuan
transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi mRNA selanjutnya
disintesis RNA komplementer. Tiap segmen RNA komplementer kemudian
menjadi cetakan bagi RNA genom.
· Virion : berselubung, nukleokapsid bentuk helik, tersusun atas empat protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm.
· Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran Golgi.
Contoh : virus ensefalitis California
f. Famili : Arenaviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari dua segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae.
· Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk virion pleomorfik. Diameter virion 50-300 nm (rata-rata 110-130 nm).
· Replikasi di sitoplasma morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma.
· Spektrum hospes luas.
Contoh : virus lymphotic
g. Famili : Coronaviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai
tunggal, terdiri dari satu segmen. Replikasi RNA genom melalui
pembentukan rantai RNA negatif yang kemudian bertindak sebagai cetakan
bagi RNA genom. Sintesis RNA negatif disertai sintesis enam jenis mRNA.
· Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk pleomorfik. Diameter virion 80-160 nm.
· Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran intrasitoplasma.
Contoh : coronavirus manusia 229-E dan OC43
h. Famili : Rhabdoviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, satu segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae.
· Virion : berselubung,
nukleokapsid helik, tersusun atas 4-5 protein. Virion berbentuk seperti
peluru dengan selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter dan panjang
virion 70-85 nm dan 130-180 nm.
· Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya di membran plasma atau intrasitoplasma, tergantung spesies virus.
Contoh : virus stomatitis vesicularis
i. Famili : Filoviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, segmen tunggal.
· Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tujuh protein utama. Berbentuk pleomorfik. Diameter virion 80 nm dan panjang mencapai 14.000 nm.
· Replikasi di sitoplasma.
Contoh : virus Ebola
j. Famili : Paramyxoviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai
tunggal, polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA
dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk protein mRNA
dibuat RNA cetakan RNA genom.
· Virion : berselubung,
nukleokapsid helik, tersusun atas 6-10 protein utama. Berbentuk
pleomorfik. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi dan
menginduksifusi sel. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui
proses budding di membran plasma. Diameter virion 150-300 nm.
· Spektrum hospes sempit.
Contoh : parainfluenza 1-4, viris parotitis
k. Famili : Orthomyxoviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai tunggal, segmen berganda (7 untuk influenza C dan 8 untuk influenza A dan B), polaritas negatif. Replikasi
RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion.
Dengan bantuan protein produk mRNA, RNa komplementer dibuat dan
dijadikan cetakan pembuatan RNA genom. Sifat segmentasi genom virus memudahkan terjadinya virus mutan.
· Virion : berselubung,
nukleokapsid helik, tersusun atas 7-9 protein utama. Bentuk pleomorfik.
Selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm. Pada
filamentosa panjangnya mencapai beberapa mikrometer.
· Replikasi RNA di inti dan sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran plasma.
Contoh : virus Influenza A,B, dan C
l. Famili : Reoviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai ganda, segmen ganda (10 untuk reovirus dan obvirus, 11 untuk rotavirus, 12 untuk Colorado tick fever
virus. Setiap mRNA berasal dari satu segmen genom. Sebagian mRNA
dipakai untuk sintesis protein dan sebagian lagi dipakai sebagai cetakan
untuk pembuatan rantai RNA pasangannya.
· Virion : tak berselubung, kapsidnya dua lapis dan bersimetri ikosahedral. Diameter virion 60-80 nm.
· Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.
Contoh : Reovirus 1-3
m. Famili : Retroviridae
Sifat penting :
· RNA : rantai
tunggal, terdiri dari dua molekul polaritas negatif yang identik.
Replikasi dimulai dengan pemisahan kedua molekul RNA dan pembuatan
rantai DNA dengan cetakan RNA tersebutdengan bantuan reverse transcriptase virion.
Setelah molekul RNA-DNA terpisah, dibuat rantai DNA komplementer
terhadap pasangan DNA yang sudah ada. DNA serat ganda kemudian mengalami
sirkularisasi dan berintegrasi dengan kromosom hospes. Selanjutnya RNA
genom dibuat dengan cetakan DNa yang sudah terintegrasi pada kromosom
hospes.
· Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Virion tersusun atas 7 jenis protein utama. Diametr virion 80-130 nm. Morfogenesis virus melalui proses budding di membran plasma.
Contoh : HIV 1 dan 2
2. Virus DNA
a. Famili : Adenoviridae
Sifat penting :
· DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA dan translasinya menjadi protein komplek.
· Virion : tak berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 70-90 nm. Virion tersusun atas paling tidak 10 protein.
· Replikasi dan morfogenesis di inti sel.
· Spektrum hospes sempit.
Contoh : Adenivirus 1-49
b. Famili : Herpesviridae
Sifat penting :
· DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.
· Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 15-200 nm.
· Replikasi di intisel. Morfogenesis melalui proses budding
di membran inti. Di dalam sitoplasma virion dibawa dalam
vesikel-vesikelke membran plasma. Di membran plasma, membran vesikel
fusi dengan membran plasma.
Contoh : virus herpes simplex 1-2, virus B
c. Famili : Hepadnaviridae
Sifat penting :
· DNA : rantai ganda (bagian terbesar) dan rantai tunggal (bagian kecil, di ujung molekul DNA), segmen tunggal. Pada
replikasi genom, bagian rantai tunggalnya harus dibuat rantai ganda.
Transkripsi DNA menghasilkan mRNA untuk sintesis protein dan RNA lain
sebagai cetakan bagi pembuatan DNA oleh reverse transcriptase.
· Virion : berselubung (HBsAg), diameter 42 nm. Tersusun atas selubung (HBsAg) dan nukleokapsid. Dalam nukleokapsid terdapat core (HBcAg) dan protein penting lain (HBeAg).
· Replikasi di hepatosit terjadi di inti sel sedangkan HBsAg dibuat di sitoplasma.
Contoh : virus hepatitis B
d. Famili : Papovaviridae
Sifat penting :
· DNA : rantai
ganda, segmen tunggal sirkuler. Replikasi DNA komplek dan selama
replikasi bentuknya tetap sirkuler. Siklus replikasi DNA dapat
melibatkan DNA genom yang episomal maupun yang berintegrasi dengan
kromosom sel.
· Virion : tak berselubung, diameter 45 nm (polyomavirus) dan 55 nm (papillomavirus), tersusun atas 5-7 jenis protein utama.
· Replikasi dan morfogenesis di inti sel.
· Spektrum hospes sempit.
Contoh : papilloma virus manusia
e. Famili : Parvoviridae
Sifat penting :
· DNA : rantai
tunggal, segmen tunggal. Genus Parvovirus lebih banyak mengandung
rantai DNA polaritas negatif sedang dua genus l`gi DNA polaritas negatif
dan positifnya seimbang. Replikasi DNA komplek.
· Virion : tak berselubung, nukleokapsid bersimetri ikosahedral dan berdiameter 18-26 nm, tersusun atas tiga protein utama.
· Replikasi dan morfogenesis di inti sel dan memerlukan bantuan sel hospes.
· Spektrum hospes sempit.
Contoh : parvovirus B-19
f. Famili : Poxviridae
Sifat penting :
· DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.
· Virion : berselubung, berbentuk seperti batu bata dan merupakan virus dengan dimensi terbesar. Tersusun atas lebih dari seratus jenis protein. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi.
· Replikasi
dan morfogenesis di sitoplasma yaitu dalam viroplasma (semacam pabrik
virus). Hasil morfogenesis dapat berupa virion berselubung maupun tidak.
Contoh : virus cacar sapi
2.3 Komponen kimia virus menurut kandungan protein
Setiap
makhluk hidup pada dasarnya tersusun oleh komponen-komponen kimiawi
yang akan membantu kelangsungan hidupnya. Virus memliki komponen kimia
berups protein, karbohidrat, dan lipid. Komponen kimis yang akan kita
bahas hanya komponen protein saja. Protein dalam virus terdapat dalam
bentuk asam nukleat, kapsid, enzim, dan protein lainnya.
- Asam Nukleat
Virus
hanya mengandung DNA atau RNA saja. Hal ini menjadi ciri khas virus
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Virus hanya memiliki satu
asam nukleat, jadi berdasarkan hal ini, virus dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis asam nukleat yang mungkin dimiliki, yaitu:
v DNA berutasan tunggal
v RNA berutasan tunggal
v DNA berutasan ganda
v RNA berutasan ganda
Pada
virus tumbuhan baru dapat ditemukan RNA berutasan tunggal dan ganda
serta DNA berutasan tunggal saja. Sedangkan pada hewan, keempat jenis
asam nukleat telah ditemukan.Berdasarkan jenis asam nukleat yang
terkandung dalam virus, kita dapat menggolongkan virus menjadi 3 yaitu
virus RNA, virus DNA, dan virus yang tidak diklasifikasi.
Beberapa famili virus yang tergolong virus RNA:
-
- Piconarviridae
- Caliciviridae
- Togaviridae (penyakit cikungunya, rubella)
- Flaviviridae (virus demam kuning)
- Bunyaviridae (virus demam berdarah korea)
- Arenaviridae (virus lassa)
- Coronaviridae (coronavirus)
- Rhabdoviridae (virus rabies, virus mokola)
- Filoviridae (virus ebola, virus marburg)
- Paramixoviridae (virus paroritis, virus morbili)
- Orthomixoviridae (virus influenza)
- Reoviridae (virus kemorovo, rotavirus manusia)
- Retroviridae
Beberapa famili virus yang tergolong virus DNA:
o Adenoviridae (adenovirus 1-49)
o Herpesviridae (virus herpes simpleks, virus epstein-barr)
o Hepadnaviridae (virus hepatitis B)
o Papovaviridae ( papilloma virus manusia, virus JK, virus BK)
o Parvoviridae (parvovirus B19)
o Poxviridae (virus variola, virus vaccinia, virus cacar monyet)
Virus yang tidak diklasifikasikan:
o Virus penyebab encefalopati spongiformis
o Virus hepatitis delta
o Verus hepatitis C
o Virus Norwalk penyebab diare
o Atrovirus
Pengertian
tentang asam nukleat virus mempunyai arti penting untuk memahami proses
perkembangbiakan virus, sifat biologik, dan sebagainya. Misalnya:
v Ukuran asam nukleat dihubungkan dengan jumlah informasi genetik yang dibawanya
v Segmentasi
asam nukleat pada virus influenza dihubungkan dengan terjadinya
fenetika yang menimbulkan terjadinya antigenik, derajat homolog
basa-basa asam nukleat dihubungkan dengan taksonomi virus.
- Kapsid
- Protein lain
- Pada adenovirus dan papovirus terdapat protein haemaglutinin yang dapat menggumpalkan sel darah merah berbagai spesies binatang.
- Enzim
Banyak
virus telah diketahui mengandung enzim-enzim yang berfungsi dalam
replikasi komponen-komponen asam nukleatnya. Beberapa virion dapat
mengandung suatu enzim khusus yang mengandung RNA virus model untuk
mensintesis utasan RNA kedua yang dapat mengarahkan sel-sel inang untuk
membuat virus. Virus tumor RNA mengandung suatu enzim yang mengsintesis
utasan DNA dengan menggunakan genom RNA virus sebagai acuan.
Beberapa virus yang mengandung enzim, dapat dikategorikan ke dalam tiga golongan:
ü Neuromisida
yang menghidrolisis galaktosa N asetil neuraminat. Enzim ini terdapat
pada orthomixovirus yaitu pada salah satu tonjolan glikoproteinnya.
Enzim ini berfungsi membantu penetrasi ke dalam sel.
ü Beberapa
jenis virion mengandung RNA polimerase. Jika genom virus merupakan
genom yang langsung dapat bertindak sebagai mRNA, maka ekspresi genom
dapat berlansung.hal demikian dapat ditemukan pada picornavirus dan
arbovirus. Tatapi jika genom virus berupa DNA atau RNA dengan polaritas
negatif, maka sebelum genom tersebut diekspresikan dalam bentuk protein,
terlebih dahulu harus ditranskripsikan menjadi RNA dengan polaritas
positif. Dalam hal yang disebut
terakhir, terdapat dua jenis enzim polimerase. Pertama, virus
menggunakan polymerase yang terdapat di dalam sel hospes, seperti pada
herpesvirus, adenovirus, dan papovavirus. Kedua, virion mengandung
polymerase sendiri seperti pada poxvirus, myxovirus, rhabdovirus, dan
retrovirus menpunyai enzim transkripsi terbalik yang berfungsi membentuk
DNA dari cetakan RNA.
Beberapa
virion juga mengandung enzim yang bekerja pada asam nukleat.
Adenovirus, poxvirus,, dan retrovirus misalnya mengandung enzim
nuklease.
2.4 Penyakit imun
Cacar air (chicken pox)
Varicela merupakan penyakit infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus varicela zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, yang disertai gejala konstitusi seperti demam, nyeri,
kelainan kulit polimorfi berupa vesikel papul pustul multipel tersebar
diseluruh tubuh terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Varisela dikenal dengan nama lain sebagai cacar air atau chiken pox.
Penyebaran
Penyakit
ini tersebar kosmopolitan terutama menyerang anak-anak, namun dapat
juga menyerang orang dewasa dengan gejala yang lebih berat. Penularan
secara aerogen. Masa penularan sekitar 7 hari dari timbulnya gejala pada
kulit. Masa inkubasi sekitar 12-21 hari.
Gejala klinis
Gejala
klinis berupa demam, nyeri badan dan kepala kemudian diikuti timbulnya
erupsi obat berupa papul eritematosa yang kemudian berubah menjadi
vesikel, bentuk vesikel ini khas seperti tetesan embun (tear drop)
selanjutnya vesikel berubah menjadi pustul dan krusta. Sementara proses ini berlangsung pada kulit bagian lain timbul vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
Penyebaran secara sentrifugal dari badan kemudian ke anggota tubuh
dan wajah, selaput lendir pada mata dan mulut juga pada kemaluan.
Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal, sehingga penderita cenderung
menggaruk atau mencongkel krusta yang sering berakibat menyebabkan skar
pada bekasnya.
Varisela
biasanya menyebabkan timbulnya antibodi yang berlangsung seumur hidup
sehingga biasanya hanya terjadi sekali terjadi seumur hidup, namun pada
orang dengan daya tahan/ imunitas yang buruk, varisela dapat terulang
lagi.
Perbedaan
varisela dengan herpes zoster adalah sebagai berikut: Varisela
merupakan infeksi primer akibat virus varisela zoster sedangkan Herpes
zoster merupakan penyakit yang terjadi oleh karena reaktivasi dari virus
Varicella zoster yang mengenai kulit dan mukosa dengan lesi berupa
erupsi vesikular yang pada umumnya bersifat dermatomal dan unilateral.
Ciri
khas dari herpes zoster ini adalah lesi yang berlokasi dan
terdistribusi hampir selalu unilateral, tidak melewati garis tengah tubuh
dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh ganglion
sensorik. Sehingga penyakit ini muncul pada penderita yang sebelumnya
pernah terinfeksi Varicela meskipun sudah berlangsung puluhan tahun.
Manifestasi klinis
Manifestasi
klinis HZ berupa vesikel/bintik-bintik berair berkelompok diatas kulit.
Lesi awalnya berupa makula dan papula eritem/ kulit kemerahan yang
kemudian menjadi vesikel dalam 12 – 24 jam dan dapat berkembang menjadi
pustul dalam 3 hari. Lesi akan mengering dan menjadi krusta dalam 7 – 10
hari. Krusta biasanya bertahan selama 2 – 3 minggu.
Berdasarkan
lokasi, munculnya lesi herpes zoster paling sering adalah di daerah
torakal (dada dan punggung), diikuti optalmik (dahi dan mata), lumbal
(pinggang), servikal (leher dan tengkuk), fasial (dahi dan kepala),
sakrum (pantat dan kaki).
Herpes
zoster muncul diseluruh dunia secara sporadik tanpa dipengaruhi faktor
musim. Reaktivasi virus yang berdiam di ganglion saraf terjadi secara
sporadik, dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penekanan/
penurunan sistim imun tubuh,
radiasi pada spinal, tumor pada ganglion, trauma lokal, manipulasi
surgikal pada spinal serta sinusitis frontalis sebagai faktor
presipitasi pada HZ optalmikus. Namun yang paling penting adalah respon
imun selular terhadap virus Varicella zoster yang seiring dengan
meningkatnya usia.
Pengobatan
Pengobatan
kedua penyakit ini pada prinsipnya sama yaitu dengan diberikan obat
antivirus dosis adekuat, vitamin, obat antiradang dan antinyeri serta
obat-obat topikal untuk mempercepat penyembuhan luka yang seyogyanya
diberikan dalam pengawasan dokter. Selain itu harus mendapat asupan gizi yang baik terutama protein agar dapat memperbaiki sel-sel kulit dan saraf yang rusak.
Sering
berkembang mitos yang salah di masyarakat bahwa penderita harus pantang
makan daging agar lukanya cepat sembuh, yang benar justru sebaliknya
harus makan dengan asupan gizi
yang bagus. Sedapat mungkin luka tidak diusik baik dengan menggaruk
maupun mencongkel krusta karena dapat menimbulkan skar atrofi maupun
hipertrofi pada beberapa bulan kemudian.
Virus influenza
KLASIFIKASI VIRUS INFLUENZA
Ordo (Orthomyxovirales)
Familia (Orthomyxoviridae)
Subfamilia (Orthomyxovirinae)
Genus (Orthomyxovirus)
Virus influenza digolongkan dalam kelompok virus RNA (Ribose Nucleic Acid)
dan dibagi atas tiga tipe, yaitu A, B, dan C. Virus dengan tipe A dan B
bisa menyebabkan epidemik, khususnya saat musim salju di negara dengan
empat musim. Sedangkan virus influenza tipe C hanya menyebabkan masalah
pernafasan yang ringan, dan diduga bukan penyebab dari epidemik.
Gejala klinis
Gejalanya
timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara
tiba-tiba. Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza.
Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai
38,9-39,4°Celsius. Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus
tinggal di tempat tidur; mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh
tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit
kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di
sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit
kepala.
Pada
awalnya gejal` saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di
tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair.
Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak. Kulit teraba hangat dan
kemerahan, terutama di daerah wajah. Mulut dan tenggorokan berwarna
kemerahan, mata berair dan bagian putihnya mengalami peradangan ringan.
Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak.
Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan
demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari.
Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih,
dan diperlukan waktu 6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari
perubahan yang terjadi pada saluran pernafasan.
Penyebaran dan penularan
Virus
ini tersebar di antara sesama manusia lewat butir-butir percikan saat
penderitanya batuk atau bersin. Di tempat orang berkerumun atau tertutup
orang lebih mudah ketularan.
Masa
inkubasi dari penyakit ini sekitar satu hingga empat hari (rata-rata
dua hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari
sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya
penyakit ini. Sedangkan anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai
lebih dari sepuluh hari.
Pengobatan
Umumnya
penyakit yang diakibatkan oleh virus bisa sembuh sendiri. Yang perlu
diperhatikan adalah infeksi bakteri/kuman lainnya yang biasanya
menyertai infeksi virus (komplikasi). Pengobatan influenza adalah dengan
membiarkan tubuh penderita membentuk antibodinya sendiri. Pengobatan
flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum
banyak cairan dan menghindari kelelahan. Istirahat sebaiknya dilakukan
segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali
normal. Obat flu biasanya terdiri dari komponen untuk menurunkan panas
(parasetamol, ibuprofen), mengurangi pilek atau hidung berair (efedrin,
pseudo-efedrin, atau fenilpropanolamin [maksimal 15 mg/tablet], dan
komponen obat batuk (dekstrometorfan atau noskapin). Namun, bila
gejalanya hanya demam saja, tidak perlu mengonsumsi semua komponen.
Pemberian
obat itu akan meredakan gejala sekaligus mengurangi penderitaan pasien
flu. Vitamin dan pengencer dahak tidak mutlak diperlukan dan perlu
dinilai secara individual. Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa
komplikasi, bisa diberikan asetaminofen, aspirin, ibuprofen atau
naproksen. Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena resiko
terjadinya sindroma Reye. Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.
Bila
hanya pilek, pilih obat bebas yang mengandung komponen pilek saja; bila
dicampur dengan komponen antihistamin (CTM, misalnya) masih
diperbolehkan. Pemilihan obat kombinasi tergantung kecocokan individual.
Jika
segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami
komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama
dan beratnya demam serta gejala pernafasan. Ribavirin (dalam bentuk
obat hirup atau tablet) mampu memperpendek lamanya demam dan
mempengaruhi kemampuan virus untuk berkembangbiak, tetapi pemakaiannya
masih bersifat eksperimental.
Virus hiv aids
AIDS
( Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang
menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS disebabkan oleh
masuknya virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke dalam
tubuh manusia. HIV dengan cepat akan melumpuhkan sistem kekebalan
manusia. Setelah sistem kekebalan tubuh lumpuh, seseorang penderita AIDS
biasanya akan meninggal karena suatu penyakit (disebut penyakit
sekunder) yang biasanya akan dapat dibasmi oleh tubuh seandainya sistem
kekebalan itu masih baik.
AIDS
merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang
menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun),
sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk
mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang.
Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak
kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit
dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang
ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya,
virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat
berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.
Gejala klinis
1.
Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit
HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2.
Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3.
Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti
yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4.
System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada
telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami
tensi darah rendah dan Impoten.
5.
System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak)
serta Eczema atau psoriasis.
6.
Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak
yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
Dalam keadaan sehat, sistem kekebalan tubuh dapat membasmi kebanyakan virus, bakteri dan patogen yang menyerang tubuh.
Ketika virus AIDS menginfeksi tubuh, sel-sel T pembantu dirusak sehingga menyebabkan lemahnya sistem kekebalan.
Pada
saat sistem kekebalan rusak, tubuh menjadi semakin mudah terkena
penyakit dan tubuh menjadi tak berdaya melawannya. Penyakit inilah yang
biasanya menjadi penyebab kematian pada penderita AIDS.
Penyebaran dan penularan
AIDS
adalah salah satu penyakit yang menular. Namun penularannya tak semudah
seperti virus influenza atau virus-virus lainnya. Virus HIV dapat hidup
di seluruh cairan tubuh manusia, akan tetapi yang mempunyai kemampuan
untuk menularkan kepada orang lain hanya HIV yang berada dalam: darah,
cairan vagina dan sperma.
Cara penularan HIV/AIDS yang diketahui adalah melalui:
· Transfusi darah dari pengidap HIV
· Berhubungan seks dengan pengidap HIV
· Sebagian kecil (25-30%) ibu hamil pengidap HIV kepada janinnya.
· Alat suntik atau jarum suntik/alat tatoo/tindik yang dipakai bersama dengan penderita HIV/AIDS; serta
· Air susu ibu pengidap AIDS kepada anak
2.5 Penyakit Organ Tertentu
1) Virus Respiratory Syncytial
Virus
Respiratory Syncytial (RSV) adalah virus yang menyebabkan terjadinya
infeksi pada paru dan saluran pernapasan. Virus ini sering sekali
menyerang anak-anak, seorang anak yang berusia 2 tahun biasanya sudah
pernah terinfeksi oleh virus ini. Virus ini juga dapat menginfeksi orang
dewasa.
Serangan
RSV yang parah menyebabkan perlunya perawatan di rumah sakit, terutama
untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan, anak-anak dengan kondisi
kesehatan tertentu seperti mengidap penyakit jantung atau paru-paru, dan
anak-anak yang terlahir prematur. Infeksi RSV juga dapat menyebabkan
penyakit serius pada orang dewasa yang berusia lanjut dan mengidap
penyakit pada jantung dan paru-paru.
§ Gambaran Klinik
Tanda-tanda
dan gejala infeksi RSV biasanya kelihatan pada empat hingga enam hari
setelah terjadi paparan terhadap infeksi virus. Pada orang dewasa dan
anak-anak yang berusia lebih dari 3 tahun, RSV biasanya menyebabkan
terjadinya tanda-tanda seperti selesma ringan dan gejala yang mirip
dengan gejala yang ada pada infeksi saluran pernapasan atas. Tanda-tanda
ini adalah:
- Hidung mampet atau berlendir
- Batuk kering
- Demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi
- Sakit leher
- Sakit kepala ringan
- Rasa tidak nyaman dan gelisah (malaise)
Pada
anak-anak berusia kurang dari 3 tahun, RSV dapat menyebabkan timbulnya
penyakit pada saluran pernapasan bagian bawah seperti radang paru atau
bronkhiolitis (peradangan pada saluran udara yang kecil-kecil pada
paru-paru). Gejala dan tanda-tandanya adalah:
- Demam dengan suhu tinggi
- Batuk yang parah
- Tersengal-sengal
- Napasnya cepat atau sulit untuk bernapas, yang mungkin akan menyebabkan anak lebih memilih untuk duduk daripada berbaring.
- Warna kebiruan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan oksigen
Akibat
paling parah akibat infeksi RSV akan diderita oleh bayi dan balita.
Pada bayi dan balita tanda-tandanya akan terlihat jelas saat menarik
otot dada dan kulit disekitar tulang iga yang menandakan bahwa terjadi
kesulitan bernapas dan napas yang pendek, dangkal dan cepat, mungkin
juga tidak menunjukkan adanya infeksi saluran napas, tetapi biasanya
ditandai dengan tidak nafsu makan, lemas dan rewel.
Kebanyakan
anak-anak dan orang dewasa akan membaik dalam 8 – 15 hari. Tetapi pada
bayi yang usianya masih sangat muda, bayi yang terlahir prematur, dan
bayi atau orang dewasa yang memiliki masalah pada jantung dan paru-paru,
virus ini akan menyebabkan infeksi yang lebih berat dan seringkali
mengancam keselamatan jiwa sehingga membutuhkan perawatan di rumah
sakit.
§ Penyebab
Virus
RSV masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung atau mulut. Virus ini
menyebar dengan sangat mudah melalui sekresi pada saluran napas yang
sudah terinfeksi, seperti melalui air liur yang tersebar pada saat batuk
atau bersin yang akan dihirup, atau ditularkan pada orang lain melalui
kontak langsung, seperti berjabatan tangan. Virus dapat hidup selama
berjam-jam pada benda-benda, seperti permukaan meja dan boneka. Apabila
menyentuh mulut, hidung atau mata setelah menyentuh benda yang telah
terkontaminasi, kemungkinan besar tertular virus sangat besar. Orang
yang telah terinfeksi akan menularkan virus dalam waktu beberapa hari
pertama setelah pertama kali terinfeksi virus, akan tetapi juga dapat
tersebar selama beberapa minggu setelah infeksi dimulai.
§ Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan
yang dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan pertimbangan waktu
saat infeksi terjadi, yaitu dengan mendengarkan suara di paru-paru
dengan stetoskop untuk memeriksa adanya suara yang abnormal yang dapat
membantu untuk menentukan adanya kesulitan untuk bernapas. Sebuah tes di
kulit yang tidak menyakitkan akan dilakukan untuk mengecek apakah
tingkat oksigen yang terdapat dalam aliran darah lebih rendah dari yang
seharusnya. Selain itu, mungkin juga akan dilakukan tes darah untuk
memeriksa hitungan sel darah putih atau untuk melihat adanya virus,
bakteri atau organisme lainnya.
Pemeriksaan
rongga dada dengan sinar X mungkin akan dilakukan untuk memeriksa
adanya radang paru (pneumonia). Sebagai tambahan, juga akan dilakukan
pengambilan cairan di saluran pernapasan melalui hidung untuk melihat
adanya virus dengan pemeriksaan di laboratorium.
§ Pengobatan
Penggunaan
antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri tidak berguna untuk
mengobati RSV karena RSV disebabkan oleh infeksi virus. Meskipun
demikian, tetap dapat diberikan antibiotik bila terjadi komplikasi
bakteri, seperti infeksi di telinga bagian tengah atau radang paru
karena bakteri. Bila tidak ada komplikasi, dapat menggunakan obat-obatan
yang dapat dibeli secara bebas, seperti asetaminofen (Tylenol, dll)
atau ibuprofen (Advil,Motrin, dll) yang dapat mengurangi demam tapi
tidak akan dapat mengobati infeksi atau membuat infeksi tersebut sembuh
lebih cepat.
Pada
kasus infeksi berat, penderita mungkin perlu dirawat di rumah sakit
agar dapat diberikan cairan melalui vena (infus) dan oksigen. Bayi dan
anak-anak yang dirawat di rumah sakit mungkin perlu menggunakan
ventilasi mekanik (sebuah alat bantu pernapasan) agar dapat memudahkan
untuk bernapas.
Pada
kasus infeksi yang parah, bronkodilator untuk nebulasi (obat diberikan
dalam bentuk uap yang dapat dihirup), seperti albuterol (Proventil,
Ventolin) dapat digunakan untuk melegakan napas. Pengobatan ini
dilakukan untuk membuka saluran pernapasan di paru-paru. Kadang-kadang,
ribavirin (Rebetol) dalam bentuk nebulasi, sebagai obat antivirus juga
dapat diberikan. Selain itu, juga dapat suntikan epinephrine atau bentuk
lain dari epinephrine yang dapat diinhalasi untuk mengurangi gejala
yang timbul dari infeksi RSV.
§ Pencegahan
Tidak
ada vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi RSV. Tetapi, apabila
bertindak secara rasional dan berhati-hati, infeksi virus ini dapat
dicegah penyebarannya, yaitu dengan:
1. Mencuci tangan
2. Menjaga kebersihan
3. Jangan merokok
4. Hindari paparan terhadap infeksi RSV dengan membatasi kontak dengan orang-orang yang sedang mengalami demam dan selesma
5. Jangan menggunakan gelas yang sudah digunakan oleh orang lain atau gunakan gelas sekali pakai apabila sedang sakit
2) Virus Kawasaki
Virus
Kawasaki adalah virus yang menyebabkan Sindroma Kawasaki. Virus ini
pertama kalinya muncul di Jepang dan menimpa seorang anak dan
berkomplikasi dengan pembuluh darah jantung. Sindroma Kawasaki (Sindroma
Kelenjar Getah Bening Mukokutaneus, Poliarteritis Infantil) adalah
suatu penyakit non-spesifik, tanpa agen infeksius tertentu, yang
menyerang selaput lendir, kelenjar getah bening, lapisan pembuluh darah
dan jantung.
§ Gambaran Klinik
Gejalanya berupa:
Ø Demam
yang turun-naik, tetapi biasanya diatas 39°C, sifatnya menetap (lebih
dari 5 hari) dan tidak memberikan respon terhadap asetaminofen maupun
ibuprofen dalam dosis normal
Ø Rewel dan tampak mengantuk
Ø Kadang timbul nyeri kram perut
Ø Ruam kulit di batang tubuh dan di sekeliling daerah yang tertutup popok
Ø Ruam pada selaput lendir (misalnya lapisan mulut dan vagina)
Ø Tenggorokan tampak merah
Ø Bibir merah, kering, dan pecah-pecah
Ø Lidah tampak merah (strawberry-red tongue)
Ø Kedua mata menjadi merah, tanpa disertai keluarnya kotoran
Ø Telapak tangan dan telapak kaki tampak merah, tangan dan kaki membengkak
Ø Kulit pada jari tangan dan jari kaki mengelupas (pada hari ke 10-20)
Ø Pembengkakan kelenjar getah bening leher
Ø Nyeri persendian (atralgia) dan pembengkakan, seringkali simetris (pada sisi tubuh kiri dan kanan).
§ Penyebab
Penyebabnya
tidak diketahui. Sindroma Kawasaki pertama kali ditemukan di Jepang
pada akhir tahun 1960. Penyakit ini menyerang anak berumur 2 bulan
sampai 5 tahun dan 2 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
§ Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis dilakukan apabila terjadi demam selama lebih dari 5 hari dan ditemukan 4 dari 5 gambaran berikut:
¨ Ruam kulit
¨ Alat gerak (lengan dan tungkai ) merah dan membengkak
¨ Mata merah
¨ Perubahan pada bibir dan mulut
¨ Pembengkakan kelenjar getah bening
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- EKG
dan ekokardiografi, bisa menunjukkan tanda-tanda dari miokarditis,
perikarditis, artritis, meningitis aseptik atau vaskulitis koroner
- Hitung
darah lengkap (menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih dan
anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah); pemeriksaan darah
berikutnya menunjukkan peningkatan jumlah trombosit
- Rontgen dada
- Analisa air kemih (bisa menunjukkan adanya nanah atau protein dalam air kemih).
§ Pengobatan
Pengobatan
dini secara berarti dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan pada
arteri koroner dan mempercepat pemulihan demam, ruam, dan rasa tidak
nyaman. Selama 1-4 hari diberikan immunoglobulin dosis tinggi melalui
infus dan aspirin dosis tinggi melalui mulut. Setelah demam turun,
biasanya aspirin dalam dosis yang lebih rendah diberikan selama beberapa
bulan untuk mengurangi resiko kerusakan arteri koroner dan pembentukan
bekuan darah.
Dilakukan
beberapa kali pemeriksaan EKG untuk mendeteksi adanya komplikasi
jantung. Aneurisma yang besar diobati dengan aspirin dan obat anti
pembekuan (misalnya warfarin). Aneurisma yang kecil cukup diatasi dengan
aspirin. Jika anak menderita influenza atau cacar air, untuk mengurangi
resiko terjadinya sindroma Reye, sebaiknya untuk sementara waktu
diberikan dipiridamol, bukan aspirin.
3) Pneumonia Virus
Pneumonia Virus adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh virus.
§ Gambaran Klinik
Gejalanya berupa:
- batuk
- sakit kepala
- kekakuan dan nyeri otot
- sesak nafas
- demam
- menggigil
- berkeringat
- lelah
- kulit yang lembab
- mual dan muntah
- kekakuan sendi
§ Penyebab
Pneumonia
merupakan suatu penyakit umum yang serius, yang setiap tahunnya
menyerang 1 dari 100 penduduk. Pneumonia virus bisa disebabkan nleh:
ï Virus sinsisial pernafasan
ï Hantavirus
ï Virus influenza
ï Virus parainfluenza
ï Adenovirus
ï Rhinovirus
ï Virus herpes simpleks
ï Sitomegalovirus
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
- virus sinsisial pernafasan
- adenovirus
- virus parainfluenza
- virus influenza.
- Virus campak juga dapat menyebabkan pneumonia, terutama pada anak yang mengalami kekurangan gizi.
Pada
orang dewasa yang sehat, penyebabnya adalah 2 jenis virus influenza,
yaitu virus influenza tipe A dan tipe B. Pneumonia pada orang dewasa
juga bisa disebabkan oleh virus cacar air. Pada usia lanjut, pneumonia
virus biasanya disebabkan oleh virus parainfluenza, influenza atau virus
sinsisial pernafasan. Sitomegalovirus atau virus herpes simpleks bisa
menyebabkan pneumonia yang berat pada penderita gangguan sistem
kekebalan.
§ Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis
dilakukan jika tidak ditemukan bakteri di dalam biakan dahak, karena
sulit untuk mengisolasi virus dalam suatu biakan. Pemeriksaan lainnya
yang biasa dilakukan:
Fiksasi komplemen
Rontgen dada
Biopsi
paru terbuka (hanya dilakukan pada penyakit yang sangat serius, jika
diagnosis tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan lainnya).
§ Pengobatan
Tujuan
pengobatan adalah memberikan terapi suportif karena infeksi virus tidak
akan memberikan respon terhadap antibiotik. Terapi suportif terdiri
dari:
- udara yang lembab
- tambahan asupan cairan
- tambahan oksigen
Untuk mencegah dehidrasi,
mungkin penderita anak-anak dan lanjut usia perlu menjalani perawatan
di rumah sakit. Kadang diberikan obat antivirus (misalnya ribavirin
atau amantadin, untuk virus influenza tipe A), terutama pada bayi dan
anak-anak. Untuk pneumonia karena virus herpes dan cacar air bisa
diberikan acyclovir.
Beberapa penderita akan mengalami pemulihan dalam waktu 2 minggu, tanpa
meninggalkan gejala sisa. Akibat yang fatal mungkin akan ditemukan
pada:
- penderita lanjut usia
- penderita gangguan sistem kekebalan
- bayi yang menderita kelainan jantung bawaan
§ Pencegahan
Lanjut usia, pekerja kesehatan, dan penderita penyakit menahun (misalnya emfisema, penyakit jantung dan penyakit ginjal) dianjurkan untuk menjalani vaksinasi influenza sekali setiap tahun.
4) Sitomegalovirus
Infeksi Sitomegalovirus adalah suatu penyakit virus yang bisa menyebabkan kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir.
§ Gambaran Klinik
Kebanyakan bayi yang menderita Sitomegalovirus kongentitalis tidak menunjukkan gejala. Hanya 10% yang menunjukkan gejala-gejala berikut:
- berat b`dan lahir rendah
- mikrosefalus (kepala kecil)
- kejang
- ruam kulit (bintik-bintik kecil berwarna keunguan)
- jaundice (sakit kuning)
- ubun-ubun menonjol
- pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali)
- peradangan retina
- kalsifikasi intrakranial (pengendapan mineral di dalam otak).
30%
dari bayi tersebut meninggal. Lebih dari 90% bayi yang selamat dan 10%
dari bayi yang tidak menunjukkan gejala, dikemudian hari akan mengalami
kelainan saraf dan otak (diantaranya tuli, keterbelakangan mental dan
gangguan penglihatan). Bayi yang terinfeksi setelah lahir bisa menderita pneumonia, pembesaran dan peradangan hati serta pembesaran limpa.
§ Penyebab
Sitomegalovirus
kongenitalis terjadi jika virus dari ibu yang terinfeksi menular kepada
janin yang dikandungnya melalui plasenta (ari-ari). Infeksi pada ibu
mungkin tidak menimbulkan gejala sehingga ibu tidak menyadari bahwa
sedang menderita infeksi Sitomegalo Virus.
Sesudah
lahir, bayi bisa tertular oleh infeksi virus melalui ASI atau transfusi
darah. Bayi cukup umur yang ibunya terinfeksi virus ini tidak
menimbulkan gejala dan bayi yang diberi ASI terlindung oleh antibodi
yang terkandung dalam ASI. Bayi prematur yang tidak mendapatkan ASI dan
menjalani transfusi darah yang terkontaminasi akan menderita infeksi
yang berat karena tidak memiliki antibodi.
§ Pemeriksaan dan Diagnosa
Diagnosis
dilakukan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik serta riwayat
infeksi virus pada ibu ketika hamil. Untuk memperkuat diagnosis bisa
dilakukan pembiakan terhadap contoh air kemih atau darah.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- Analisa air kemih untuk mencari badan inklusi virus
- Titer antibodi terhadap virus pada ibu dan bayi
- Rontgen kepala (menunjukkan adanya kalsifikasi intrakranial)
- Kadar bilirubin (untuk menilai beratnya jaundice dan kerusakan hati)
- Funduskopi (bisa menunjukkan adanya korioretinitis)
- Hitung darah lengkap (bisa menunjukkan adanya anemia)
- Rontgen dada (untuk menunjukkan pneumonia)
§ Pengobatan
Tidak
ada pengobatan khusus untuk infeksi virus ini pada bayi. Anti-virus
gancyclovir tidak diberikan karena memiliki efek samping yang berbahaya
bagi bayi. Pengobatan ditujukan kepada terapi fisik dan pemilihan
sekolah khusus untuk anak-anak yang menderita keterbelakangan
psikomotorik.
5) Rhinovirus
Pilek atau common cold adalah penyakit pada saluran napas atas yang disebabkan oleh infeksi virus yang disebut rhinovirus.
Rhinovirus merupakan organisme mikroskopis yang menyerang sel-sel mukus
pada hidung, merusak fungsi normal serta dapat memperbanyak diri di
tempat-tempat yang telah diserang. Virus tersebut dapat bermutasi dan
hingga saat ini ada sekitar 250 jenis rhinovirus, yang berarti ada 250
virus penyebab pilek. Sejauh ini, hanya sistem kekebalan tubuh yang
dapat mengatasi infeksi setiap strain virus tersebut. Jika sekali orang
terinfeksi oleh salah satu strain virus, sistem kekebalan tubuhnya akan
membentuk antibodi terhadap strain virus tersebut.
§ Gambaran Klinik
Gejala
awal pilek yang sering dialami penderita biasanya menggigil,
tenggorokan kering, dan bersin-bersin. Selanjutnya badan meriang
(meskipun tanpa disertai panas) dan hidung tersumbat pada satu sisi
maupun kedua lubangnya disertai keluarnya cairan encer dan bening. Hal
ini membuat penderita merasa kurang nyaman sehingga harus bernapas
melalui mulut.
§ Penyebab
Pilek
kemungkinan besar terjadi akibat adanya respons dari sistem kekebalan
tubuh terhadap infeksi virus yaitu dengan terjadinya pembengkakan dan
inflamasi (peradangan) membran hidung, serta peningkatan produksi mukus.
Mukus
ini menangkap material yang kita hirup seperti debu, serbuk, bakteri
dan virus. Pada saat mukus mengandung virus dan masuk ke dalam sel
tubuh, maka seseorang akan mengalami keluhan-keluhan pilek.
Pilek
bukanlah suatu kondisi yang serius, kecuali terj`di pada anak-anak atau
orang tua (dapat timbul komplikasi), dan biasanya berlangsung 2-7 hari
tergantung pada strain virus dan kondisi fisik penderita. Virus tidak
dapat berpindah tempat sendiri, kecuali ada kontak dengan penderita,
masuk ke sel-sel mukus hidung, yang dapat menular secara langsung yaitu
melalui kontak dengan tangan penderita, atau melalui droplet (percikan
liur) penderita yang keluar saat seorang penderita batuk atau bersin.
Pada
awalnya, rhinovirus menyerang tenggorokan, menyebabkan sel-sel mukus
memperbanyak diri dan dindingnya menebal yang dirasakan seperti gatal di
tenggorokan. Ini merangsang terjadinya batuk yang dapat mengakibatkan
virus tersebut keluar beterbangan di udara sekitar 70 mil per jam. Batuk
merupakan reaksi refleksi penderita terhadap rasa gatal di tenggorokan
yang menyebabkan kontraksi otot depan perut dan selanjutnya mendorong
diafragma dan menekan paru-paru serta mendorong udara yang mengandung
virus keluar dari tenggorokan.
Selain
refleksi batuk, virus juga dapat ditularkan melalui bersin dari seorang
penderita. Rata-rata jika penderita bersin sehari 100 kali dalam satu
ruangan, maka udara di ruangan tersebut akan mengandung sekitar
4.000.000 droplet virus yang siap menyerang penderita baru. Virus itu
akan menempel pada permukaan benda di sekitarnya, dan bila seseorang
menyentuh permukaan benda itu selanjutnya menggosok hidung atau mata,
maka orang tersebut kemungkinan akan mengalami gejala pilek.
Kelompok
yang secara pasti lebih mudah tertular adalah orang-orang yang
mempunyai kelainan pada hidung atau tenggorokan seperti pembesaran
amandel, kelelahan atau stres emosional, alergi di hidung atau
tenggorokan serta wanita pada pertengahan siklus menstruasi.
Kedinginan
tidak menyebabkan pilek atau meningkatkan risiko untuk tertular. Pilek
ternyata tidak memiliki korelasi dengan kondisi dingin yang biasa
disebabkan oleh hujan. Kemungkinan pada saat musim hujan banyak dari
kita yang tinggal di dalam ruangan, di mana bila ada satu penderita
pilek di ruang tersebut tentunya tidak mungkin bebas dari serangan virus
yang beterbangan saat penderita batuk atau bersin. Selain faktor cuaca
yang ternyata tidak menjadi pencetus pilek ternyata juga tidak
berhubungan dengan kebiasaan makan seseorang.
§ Pengobatan
Penderita
sebaiknya berbaring sehingga rongga hidung lapang dan “ingus” mengalir
ke perut hingga melegakan jalan napas mereka atau berbaring ke satu sisi
agar rongga hidung sebelah atas menjadi lapang. Pada kondisi ini, tidak
ada obat yang dapat menyembuhkan, selain menunggu sistem kekebalan
tubuh membentuk antibodi yang dapat melawan virus tersebut. Hal ini
dapat terjadi dalam 3-5 hari, dan selanjutnya, seumur hidupnya orang
tersebut tidak akan pernah menderita pilek yang disebabkan oleh strain
virus tersebut.
Demam
tinggi disertai pembengkakan kelenjar, nyeri wajah di atas sinus dan
batuk berdahak, mengisyaratkan adanya komplikasi atau penyakit yang
lebih serius, dan membutuhkan penanganan dokter.
Pengobatan
untuk kasus tanpa komplikasi hanyalah istirahat cukup, minum air yang
banyak, serta berkumur dengan air garam hangat. Minum air hangat yang
banyak membantu lendir lebih mudah dikeluarkan. Banyak obat yang sudah
dicoba untuk mencegah atau mengobati pilek, tapi selama ini belum ada
yang terbukti efektif. Vitamin C dengan dosis besar pun belum terbukti
efektif untuk bisa mencegah penularan terhadap virus ini, malah dapat
mengakibatkan efek samping lain seperti diare yang berbahaya bagi
anak-anak dan orang tua. Antibiotika tidak dapat membunuh virus dan
hanya diberikan bila timbul komplikasi seperti sinusitis atau infeksi
telinga yang dapat berkembang sebagai infeksi sekunder.
Bila
perlu, minum obat lebih baik diberikan sesuai dengan keluhan.
Parasetamol diberikan untuk mengurangi keluhan demam atau sakit kepala,
nasal dekongestan untuk melegakan hidung sesaat, dan antihistamin dapat
mengurangi “ingus” pada penderita dengan riwayat alergi. Namun perlu
diingat sekali lagi bahwa obat-obat tersebut tidak akan dapat mencegah,
mengobati ataupun mengurangi lamanya serangan pilek. Bahkan sebagian
besar obat mengakibatkan efek samping yang juga harus diperhitungkan.
§ Pencegahan
Langkah
terpenting dalam pencegahan terhadap serangan virus ini adalah menjaga
kebersihan dengan baik serta tidak menggosok hidung maupun mata dengan
tangan kotor. Kebiasaan mencuci tangan merupakan cara yang paling
efektif untuk mencegah tertularnya serangan virus ini. Penderita pilek
sebaiknya menyiapkan tisu untuk menutup mulut apabila batuk atau bersin,
lalu membuangnya di tempat semestinya. Bila
perlu, sebaiknya jangan terlalu lama berhubungan atau terlalu dekat
dengan seorang penderita pilek. Sebab, rhinovirus dapat bertahan di luar
saluran napas sampai tiga jam.
6) Hantavirus
Infeksi
Hantavirus adalah suatu penyakit virus yang ditularkan dari hewan
pengerat kepada manusia dan menyebabkan infeksi paru-paru dan ginjal
yang berat.
§ Gambaran Klinik
Infeksi
paru-paru dimulai dengan demam dan nyeri otot. Juga terjadi nyeri
perut, diare atau muntah-muntah. Setelah 4-5 hari, timbul batuk dan
sesak nafas yang bisa memburuk dalam beberapa jam. Hilangnya cairan ke
dalam paru-paru bisa menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis
(syok). Kematian biasanya terjadi setelah syok. Infeksi paru-paru ini
berakibat fatal, tetapi mereka yang bertahan hidup bisa sembuh sempurna.
Infeksi
ginjal bisa ringan maupun berat. Infeksi ringan dimulai secara
tiba-tiba dengan demam tinggi, sakit kepala, sakit punggung dan nyeri
perut. Pada hari ke-3 atau ke-4, muncul bercak kecil seperti memar di
bagian putih mata dan di langit-langit mulut bersamaan dengan munculnya
kemerahan di perut. Fungsi ginjal memburuk sehingga bahan-bahan beracun
terkumpul dalam darah menyebabkan mual, kehilangan nafsu
makan, dan kelemahan. Kemerahan akan menghilang dalam 3 hari.
Pengeluaran air kemih berangsur-angsur kembali normal dan penderita akan
sembuh dalam beberapa minggu.
Infeksi
ginjal yang berat permulaannya hampir sama, tetapi demam yang paling
tinggi terjadi pada hari ke-3 atau ke-4. Gejala awal yang khas adalah
kulit wajah yang kemerahan seperti terbakar sinar matahari. Bila kulit
ditekan, akan timbul tanda merah yang menetap. Bintik-bintik perdarahan
(peteki) muncul pada hari ke3-ke5, awalnya di langit-langit mulut, lalu
di seluruh kulit yang bisa ditekan. Timbul perdarahan dibawah bagian
putih mata.
Pada hari ke5, tekanan darah bisa menurun tajam dan bisa terjadi syok. Pada hari ke8, tekanan darah kembali normal, tetapi pengeluaran air kemih berkurang. Pengeluaran air kemih kembali meningkat pada hari ke11. Pada saat ini, perdarahan, terutama di otak, bisa menyebabkan kematian. Infeksi hantavirus berakibat fatal pada 5% penderita. Beberapa yang bertahan hidup, menderita kerusakan ginjal yang menetap.
Pada hari ke5, tekanan darah bisa menurun tajam dan bisa terjadi syok. Pada hari ke8, tekanan darah kembali normal, tetapi pengeluaran air kemih berkurang. Pengeluaran air kemih kembali meningkat pada hari ke11. Pada saat ini, perdarahan, terutama di otak, bisa menyebabkan kematian. Infeksi hantavirus berakibat fatal pada 5% penderita. Beberapa yang bertahan hidup, menderita kerusakan ginjal yang menetap.
§ Penyebab
Hantavirus
merupakan bunyavirus yang mempunyai hubungan jauh dengan kelompok
Kalifornia dari virus ensefalitis. Hantavirus bisa ditemukan di seluruh
dunia, dalam air kemih, tinja, dan air liur dari beberapa binatang
pengerat, termasuk mencit dan tikus ladang dan tikus laboratorium. Manusia
mendapatkan infeksi ini bila berhubungan dengan hewan pengerat atau
kotorannya, atau bila menghisap partikel virus dalam udara. Namun, belum ditemukan bukti mengenai penularan dari manusia ke manusia.
§ Pemeriksaan dan Diagnosa
Diagnosis
dini sulit ditegakkan mengingat gejalanya banyak tumpang tindih dengan
penyakit lain akibat virus. Tetapi infeksi virus Hanta perlu dipikirkan
bila ada demam, mialgia berat (nyeri otot) dan terpapar oleh tikus.
Diagnosis pasti berdasarkan hasil pemeriksaan darah ELISA (IgM, IgG),
imunohistokimia mendeteksi antigen di jaringan, isolasi virus dan atau
pemeriksaan lain.
Dalam
menegakkan diagnosis infeksi Hanta sering terjadi kesalahan karena
gejalanya sering dianggap seperti influenza, tanda-tanda umum infeksi
pada saluran napas tidak selalu terjadi, dan nyeri perut yang timbul
ditafsirkan sebagai appendicitis (radang usus buntu), sementara para dokter sendiri belum banyak mengenal penyakit infeksi virus Hanta.
§ Pengobatan
Pemberian
obat anti-virus ribavirin akan efektif jika diberikan secara dini.
Untuk infeksi paru-paru, pemberian oksigen dan pengawasan tekanan darah
sangat membantu proses penyembuhan. Untuk infeksi ginjal, perlu
dilakukan dialisa.
7) Virus Hepatitis
Virus
hepatitis adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada organ hati.
Samapai saat ini telah dikenal 5 virus hepatitis, yaitu Virus Hepatitis A
(HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus
Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Hepatitis akut merupakan infeksi sistemik yang terutama mengenai hati dan bersifat akut. Setelah paparan pada virus, terjadi masa inkubasi. Gejala awal adalah demam yang bervariasi tergantung dari virus penyebab, malaise, anoreksia, nausea,
dan nyeri pada sendi, otot serta kepala. Urin berwarna terdapat 1-5
hari sebelum terjadi fase ikterus. Dengan timbulnya ikterus, gejala awal
biasanya menurun, tetapi pada beberapa pasien terjadi penurunan berat
badan. Gejala lainnya adalah adanya rasa gatal, hati membesar dan
terdapat nyeri tekan, limpa membesar disertai adenopati pada kelenjar
leher.
Kelainan biokimiawi yang ditemui adalah peninggian serum bilirubin dan enzim alanineeminotransferase dan aspartateaminotransferase.
Diagnosis hepatitis anikterik sukar dilakukan karena didasarkan atas
gambaran klinis dan peninggian enzim amino transferase, meskipun
adakalanya kadar bilirubin meninggi.
Pengukuran
waktu protrombin sangat penting pada hepatitis akut pleh virus, karena
perpanjangan waktu ini dapat menunjukkan adanya kerusakan hati yang
ekstensif serta mengisyaratkan prognosis yang buruk.
Lesi
morfologik terdiri dari infiltrasi panlobular dengan sel mononuklear,
nekrosis sel hati, hyperplasia sel Kupfer dan berbagai derajat
kolestasis. Terdapat juga regenerasi sela hati yang terlihat dengan
adanya berbagai gambaran mitosis, sel multinuklear dan pembentukkan rosette.
Infiltrasi mononuklear terdiri terutama dari sel limfosit kecil,
meskipun sel plasma dan eosinofil kadang terlihat. kerusakan sel hati
terdiri dari degenerasi dan nekrosis sel hati, menggembungnya sel,
menghilangnya sel dang degenerasi asidofilik dari hepatosit. Lesi
hepatologik yang berat yang disebut bridging hepatic necrosis atau subacute/confluent necrosis kadang ditemukan pada beberapa pasien, hati masih membesar, begitu pula masih ditemui kelainan biokimiawi.
Penyembuhan secara klinik dan biokimiawi diharapkan dalam 1-2 bulan pada kasus HAV dan HEV serta 3-4 bulan pada HBV dan HCV.
Hepatitis
fulminan adalah suatu keadaan dengan gejala dan tanda ensefalopati
hepatic pada pasien hepatitis akut, keadaan sering berlanjut menjadi
koma.Gejala awal berupa gangguan tidur, mimpi buruk, dan perubahan
kepribadiaan. Perkembangan ke arah ensefalopati terlihat dari adanya
gangguan kesadaran yang mula-mula ringan sampai akhirnya koma.
Secara
histologis ditemukan nekrosis massif dan hilangnya sel hati pada
lobules disertai kolaps ekstensif dan kondensasi jaringan retikulin. Kelainan yang ditemui adalah:
- mengecilnya ukuran hati secara mendadak
- demam tinggi
- gangguan kesadaran
- kenaikkan serum bilirubin yang tajam
- pemanjangan waktu protrombin
- kenaikkan aminotransferase secara tajam yang kemudian diikuti penurunan
Sebagian
pasien dengan hepatitis akut, akan berkembang menjadi kronik. Ada 3
hepatitis kronik, yaitu hepatitis kronik aktif, persisten, dan lobular
yang perbedaannya dilakukan dengan biopsi hati.
Hepatitis
kronik aktif ditemukan nekrosis hati yang berlangsung terus menerus,
peradangan aktif dan fibrosis yang mungkin menuju atau disertai gagal
hati, sirosis, dan kematian. Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan
kenaikkan dan fluktuasi aminotransferase, sedangkan bilirubin sedikit
meninggi pada kasus yang berat.Waktu protrombin sering memanjang pada
fase akhir. Umumnya ditemukan antibodi nonspesifik yang beredar dalam
darah seperti antibodi terhadap mitokondria, otot polos, dan lain-lain.
Sirosis
adalah istilah patologik yang ada hubungannya dengan spektrum
manifestasi klinik yang khas. Gambaran patoogik yang utama adalah
kerusakan kronik parenkim hati dan terdiri dari fibrosis ekstensif yang
berkaitan dengan pembentukkan nodul regeneratif. Hilangnya fungsi hati
dapat menyebabkan keadaan ikterik, edema, koagulopati, berbagai kelainan
metabolik, fibrosis dan gangguan sistem vaskuler yang menyebabkan
hipertensi portal dan gejala sisanya yaitu varises gastroesofagus dan
splenimegali. Asites dan ensefalopati hepatik merupakan akibat dari
insufisiensi hepatoseluler dan hipertensi portal.
Karsinoma
hepatoseluler adlah kanker primer pada sel hati. Sering tidak
terdeteksi secara dini pada pasien yang menderita sirosis. Adanya
pembesaran hati disertai nyeri tekan yang ringan pada perut merupakan
keluhan utama. Pemeriksaan laboratorik biasanya menunjukkan adanya
anemia dan peningkatan kadar fosfatase alkali. Diagnosis dilakukan
dengan ultrasonografi atau CT scan yang memperlihatkan lesi dengan
kepadatan berbeda dari jaringan hati normal dan pemeriksaan biopsi hati.
1. Virus Hepatitis A (HAV)
HAV
dapat menimbulkan penyakit hepatitis akut dan jarang sekali hepatitis
fulminan. Masa inkubasi pendek sekitar 15-40 hari. Virus masuk ke dalam
tubuh terutama melalui oral karena virus banyak ditemukan dalam tinja. Cara penularan melalui fekal-oral. Deteksi infeksi HAV pada pasien dilakukan dengan:
¶ Menemukan virus dalam tinja dengan mikroskop electron
¶ Menemukan IgM anti HAV dalam darah
Saat ini sedang dikembangkan pembuatan vaksin terhadap HAV, salah satu diantaranya telah disetujui untuk digunakan.
2. Virus Hepatitis B (HBV)
HBV
dapat menimbulkan penyakit hepatitis akut/kronik, fulminan, sirosis,
dan kanker hati. Masa inkubasi lama antara 50-180 hari. Virus masuk
melalui darah. HBV dapat ditemukan dalam darah, saliva, urine, cairan
semen, monosit, leuksosit, sumsum tulang dan pankreas, dan jumlah
terbanyak terdapat dalam darah.
Kelompok
orang yang beresiko tinggi terinfeksi adalah tenaga medis dan dokter
gigi, pasien dengan hemodialisis, pemakai obat intravena, homseksual,
pengelana internasional, pekerja pad institusi untuk yang mentalnya
terbelakang, dan bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HBV.
Deteksi HBV dilakukan dengan:
ï Menemukan virus dalam darah dengan mikroskop electron
ï Menemukan pertanda serologi
ï Menemukan HBV DNA dengan hibridsasi atau PCR
ï Menemukan pertanda infeksi HBV pada jaringan biopsi hati
Untuk pencegahan telah beredar berbagai macam vaksin, baik yang mengandung HBsAg atau yang dibuat dengan teknik DNA rekombinan. Ada yang hanya berisi HBsAg dan ada juga yang mengandung protein.
3. Virus Hepatitis C (HCV)
Merupakan penyebab utama hepatitis non A non B (NANB) pasca transfuse. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 6-12 minggu.
Infeksi
kaut umumnya lebih ringan daripada hepatitis B dan sevagian besar tidak
terjadi ikterik.Gambaran khas adalah peningkatan SGPT yang berfluktuasi
(polifasik), meskipun pada sebagian kecil peningkatan SGPT bersifat
resisten atau monofasik.
Infeksi
yang persisten merupakan cirri khas infeksi HCV; diduga 50% kasus
infeksi HCV pasca transfuse menjadi hepatitis kronik yang ditandai
dengan adanya peningkatan SGPT yang berfluktuasi atau menetap lebih dari
1 tahun setelah serangan akut. Infeksi kronik umumnya bersifat
progresif, karena pada pemeriksaan biopsi hati ditemukan gambara
histologis berupa hepatitis kronik aktif maupun sirosis.
Infeksi
HCV dapat juga menimbulkan karsinoma sel hati. Mekanisme karsinoma oleh
HCV belum diketahui pasti tetapi diduga berkaitan infeksi HCV persisten
yang menyebabkan kerusakan hati kronis dan nekrosis yang diikuti
regenerasi sel hati secara terus menerus. Meningkatnya jumlah sel hati
memperbesar terjadinya mutasi yang dapat menyebabkan sel mengalami
transformasi menuju ke arah keganasan.
4. Virus Hepatitis D (HDV)
Hepatitis
karena delta virus umumnya bentuk akut, kronik aktif dan sirosis.
Kadang-kadang dapat menyebabkan bentuk fulminan. Infeksi HDV kronik
lebih banyak menimbulkan sirosis daripada HBV. Secara epidemiologik,
infeksi HDV banyak ditemukan di daerah Timur jauh dan Laut Tengah.
Deteksi infeksi HDV dilakukan dengan:
v Menemukan penanda serologik
v Adanya RNA HDV pada serum
5. Virus Hepatitis E (HEV)
Masa inkubasi antara 2 sampai 9 minggu. Merupakan penyakit yang self limiting
seperti infeksi HAV. Belum ditemukan bentuk penyakit hati kronis atau
viremia persisten. Menimbulkan banyak kematian pada wanita hamil.
Terbanyak ditemukan pada usia 15-40 tahun. Diduga ada kasus subklinis
pada usia yang lebih muda.
Wabah
terjadi pada negara berkembang terutama India. Kasus sporadic terdapat
pada daerah endemik. Penularan melalui air minum dan lingkungan yang
terkontaminasi tinja. Puncak epidemic terjadi kira-kira 6 minggu setelah
paparan primer. Kematian tinggipada wanita hamil yang terinfeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar